Friday, November 27, 2009

DTFOA Chapter 1

Seperti halnya seseorang membersihkan debu pada sofa yang terlupakan, lahirnya seorang binasawan bernama Sanddrow melengkapi jumlah candi Prambanan.

Bercerita tentang kepahlawanan dan legenda serta cinta kasih munafik.

Seseorang yang suka mengeluh namun gemar menuntut menuntut haknya.

Seseorang yang suka berpikir positif dan norak.

Seseorang yang menjaga jarak dari keramaian agar tidak terekspos.

Seseorang yang selalu mengambil jalan tengah hanya karena tidak ingin terlibat sesuatu.



Semua orang bermimpi menjadi seorang superstar, hemm.. tidak semua orang, karena beberapa orang di planet ini berpikir menjadi selebritis akan menyebabkan ketidakwajaran seseorang dalam bertindak semakin meninggi, gangguan kejiwaan dan penyakit kelas atas seperti serangan jantung. Namun hari itu Sanddrow merasa dirinya terlahir untuk menjadi sang juara. Telah dipastikan dan perlu diragukan, Dotch memenangkan lomba menulis cerpen tingkat benua. Tapi sampai saat ini hanya Sanddrow yang tahu karena ia dikirimi surat dari pihak penyelenggara. Dalam surat itu hanya terdapat sebuah kalimat "Selamat, Anda mendapat juara I lomba menulis cerpen tingkat benua". Sanddrow gembira, tidak sadar kalau itu surat kaleng karena tidak terdapat unsur-unsur surat selain isi disana. Tidak ada tanggal, kepala surat, ataupun nama pengirim serta gosip hari ini. Sanddrow sebagai anak kurang perhatian dan baru bisa membaca kelas 3 SD, sepertinya mendapat nilai merah saat ulangan tentang "surat" kelas 5 SD dan tidak diberi ujian perbaikan.

        Tapi Sanddrow tidak sebodoh yang kita kira, ia bukan orang sombong di depan babak, tapi di akhir babak. Jadi ia menyembunyikan berita kemenangan bodongnya itu dari semua orang.

Jadi ia berangkat ke sekolah seperti biasa, tanpa beha. Sanndrow si cantik, si cerdas, tak terkalahkan dan tak terpatahkan. Perempuan hebat yang sakin dewasanya membuat semua cowo di sekolahnya mengira ia berumur 45 tahun dan sudah menikah sebanyak 4 kali dan mempunyai 5 orang anak per suaminya. Sayangnya ia masih berada di bangku SMP dan baru berumur 15 tahun. Hobinya mengecam dan mengancam orang lain. Bila berdebat dengannya, rata-rata orang bukan menatap matanya, melainkan payudaranya. Semua nada yang keluar dari mulutnya falls dan seringkali disertai desahan-desahan panas nan birahi. Segala atribut yang menempel pada tubuhnya keluaran merek terkenal yang bila dijual bisa meluruskan hutang-hutang negaranya.

        Hari itu ia terlambat seperti biasa. Orang-orang mempertanyakan penyebab keterlambatan Sanddrow, apakah karena sulit bangun atau keberatan tete. Tapi Sanddrow hanya mengedipkan sebelah tetenya sambil menari salsa dan berteriak,"ALOHA!!ALOHAA!!". Sungguh menyayat hati. Namun hari ini ia tidak sudi ketahuan terlambat sehingga ia berusaha memanjat pagar di sisi belakang sekolah. Tindakan ekstrim yang mengundang perhatian seorang OB yang lagi nyapu itu berakhir mengenaskan. Sanddrow jatuh dari pagar yang ia panjat dengan gaya spiderman. Akibat kemeja seragamnya yang ketat (terkesan sesek), maka berhamburlah kancing bajunya itu karena tak kuat menahan beban tarikan yang terjadi karena gerak berlebihan saat jatuh tadi. Mas-mas yang melihat kejadiaan fenomenal itu kontan langsung memotretnya dengan hape yang baru saja dicurinya dari salah seorang guru di sekolah itu. Berharap akan memenangkan kontes foto binatang. Setengah malu dan sadar setelahnya bahwa ia tak tahu malu, ia bergegas berdiri dan berjalan menuju kelasnya dengan gaya moonwalk. Sementara si mas-mas masih agak syok dengan kejadian jatuhnya siluman berdada besar ke muka bumi.

        "Ibu tahu ini berat buat kalian, tapi kalian harus tetap membayar Rp 350.000,-", Kata Bu Titiek. Tiba-tiba,"GUBBRAAKKK!!" Terdengar suara pintu didobrak secara tidak manusiawi. Semua murid melihat ke arah pintu, termasuk Bu Titiek yang sekarang sedang mengacungkan jari tengah ke arah pembuat onar tersebut. Semua tak bisa melihat pelaku praktek sundulan Tierry Henry tersebut karena silau, ditengah kesilauan yang agak berlebihan itu, munculah Sanddrow sebagai pelaku kericuhan personal saat itu. Ia berjalan menuju tempat duduknya dengan dagu diangkat setinggi genteng. Tanpa sangaja dan agak dipaksa, pantat Sanddrow menyinggung siku Cancice, Cancice jijik dan menatap nanar Sanddrow. Sanddrow duduk. "Sanddrow! Apa-apaan kamu? Mau jadi preman kamu?!" Bu Titiek menghampiri Sanddrow.

"Hmmff.. Maaf deh bu, ga sengaja.", jawab Sanddrow dengan kancing bajunya yang belum tertutup sepenuhnya.

"Jangan belagak kamu, San!"

"'BRRAKK!Bu! Saya sudah minta maaf! Apa perlu saya minta makan!!?" Sahut Sanddrow setelah mengrebak meja.

"Kamu ya San! Udah berani…!!! Cuuutttt…" Bu Titiek mencute Sanddrow segenap hati.

"Adududuhhh… jangan bu! Enak!enak!"

Bu Titiek menyadari Sanddrow merasa nikmat diperlakukan seperti itu maka dilepaskannya tangannya dan langsung pergi ke WC untuk mencuci tangan. Sanddrow tersenyum senang. Apalagi teman-temannya, begitu mengetahui tak ada guru pada jam tersebut.

Dotch menyapanya, "San, laporan lu mana?"

Sanddrow bingung, "Laporan apaan?"

Dotch, "Karya Tulis! Minggu depan dikumpul, cepetan sini, buat di edit trus disusun."

"Hmm.. Oh! Itu sih gue bawa dong. HAHAHAHAHAA!" Lalu Sanddrow mengubek-ubek tasnya yang belum dicuci dari semester kemarin. Tapi ia tidak menemukan laporan yang ia cari, ia pun semakin tertantang dan ingin mencarinya dengan lebih semangat. Sakin semangatnya, segala benda yang ia temui di tasnya dilempar keluar. Sendok, Buku, tempat pensil, raket, bola basket, barbell, botol minum, map, atlas, jaket, gunting, cutter dan terakhirnya tongkat pramuka.

"Oke. Gampang, gue ga bawa." Tak menyadari semua peralatan yang patut dipertanyakan itu mengenai Dotch. Dotch tepar. Siapa yang ga tepar kalo dilemparin barbell sama tongkat pramuka?

"Dotch? Yaelah.. gitu aja tepar lu.. Gue pernah bawa truk trus nabrak kandang sapi, tapi sapinya ga ada yang lebay kaya lu tuh!" kata Sanddrow sambil melecehkan.

"Setau gue sapi-sapinya mati San.", Ujar Rubbish yang ga sengaja lewat. Dotch Cuma bisa ngangguk-ngangguk, untuk menggerakan leher saja dia butuh usaha besar karena tulang leher dan syaraf lehernya mengalami dislokasi. Bersambung..

No comments: